Bismillah..
Sahabat2ku fillah..
Sering saya temui, bahkan mungkin juga antum semua sering banget menemukan tulisan2 di blog ataupun Grup2 Islami di facebook yang bersemboyan dengan gagah “Membela Sunnah” atau “Tegak Diatas Sunnah”.
tapi apa yg mereka maksud dengan semboyan tersebut? Bagaimana penerapannya dalam kehidupan masyarakat dijaman sekarang..?
Justru yg saya pahami dari tulisan2 mereka ini dengan
mengatakan ‘Tegak diatas sunnah’ adalah Memahami sunnah sesuai dgn pemahaman
mereka sendiri (baek pribadi atau komunitas tertentu), dan orang yg TIDAK
sepaham dengan mereka akan dicap sebagai Anti Sunnah atau Ahlul Bid’ah. Seperti
itukah maksudnya, saudaraku…?
Sama dengan rezim orde baru yg menafsirkan pembangunan
dgn paradigma sendiri, dan orang yg berbeda pandangan dicap sebagai Anti
Pembangunan bahkan ada yg disebut sbg Komunis. Hmmm…miris.
Mereka juga mengecam orang yg berdakwah melalui partai
politik dibilang Hizbiyun (orang2 yg berpartai), lalu orang2 dari NII atau HTI
yg berjuang dari arah topdown dengan daulah dan khilafah disebut Mulkiyun.
Selain itu mereka mempersoalkan istilah furu (cabang) dan juziyah dan menuduh
katanya orang yg memakai istilah tersebut dianggap meremehkan agama.
Sedangkan mereka sendiri mengada-adakan istilah Hizbiyun,
Mulkiyun, dan iyun iyun yg lain entah apalagi. Bukankah itu namanya juga
membuat juz’i-juz’i (bagian) dalam tubuh umat? Aneh yach…
Padahal kita tidak pernah menjuluki umat2 islam yg lain
yg mengkhususkan diri dalam bidang ekonomi dgn sebutan Iqtishodiyun, kita juga
tak pernah menganggap muhammadiyah yg bikin sekolah2 atau rumah sakit dgn nama
label mereka (muhammadiyah) lalu kita menjulukinya sebagain Khoiriyun. Enggak
kan..?
Kita juga tak pernah mengecap saudara kita dari jamaah
tabligh yg berdakwah dgn cara Khuruj disebut sebagai Khurujiyun, atau ulama yg
ceramah melulu lalu disebut Tablighun. Enggak kaaannn…?
Apakah cara dakwah yg seperti ini lantas disebut dgn
Membela Sunnah? Tegak Diatas Sunnah? Dengan menyandang gelar sebagai Salafiyun
seolah orang lain selain mereka maka bukanlah pengikut Salaf (ulama terdahulu),
lalu mereka hanya mengutip pendapat2
salaf yg sesuai dengan selera mereka sendiri???
Mengapa mereka tidak jujur kepada umat ini bahwa dari
sejak jaman sahabat pun telah ada perbedaan dalam memahami sunnah. Demikin juga
dari tabi’in dan ulama salaf byk
perbedaan pendapat. Sejak dulu pula ada orang yg cenderung memahami dalil
sesuai apa adanya yg tertulis pada teks, juga ada yg memahami secara
kontekstual dgn melihat maqoshid syari dan fikhu dakwah.
Lalu kami ingin bertanya, apakah orang yg tegak diatas
sunnah adalah orang2 yg mengartikan dalil secara harfiah apa adanya sesuai
teks????
Kalau dalam sholat berjamaah, apakah makmum tetap membaca
alfatihah sendiri atau cukup mendengar alfatihah bacaan imam? Mana yg
sunnah..???
Padahal imam syafii berpendapat:’ makmum tetap membaca
alfatihah’ karena imam syafii melandaskan diri pada hadist yg diriwayatkan oleh
ubadah bin shamit ‘tak ada sholat kecuali dengan alfatihah’.
Dan imam hanafi berpendapat:’makmum tak pelu membaca alfatihah’ karena imam hanafi melandaskan diri pada hadist yg diriwayatkan oleh Jabir r.a bahwa ‘barangsiapa sholat berjamaah maka bacaan imam juga merupakan bacaannya’.
Dan imam hanafi berpendapat:’makmum tak pelu membaca alfatihah’ karena imam hanafi melandaskan diri pada hadist yg diriwayatkan oleh Jabir r.a bahwa ‘barangsiapa sholat berjamaah maka bacaan imam juga merupakan bacaannya’.
Pertnyaannya sekarang: Diantara dua pendapat tersebut,
mana yg benar dan mana yg tegak diatas sunnah? Jawabannya adalah keduanya sama2
benar dan sama2 tegak diatas sunnah.
Lalu kalau misalkan si A menerapkan pendapat imam syafii dan si B menerapkan pendapat imam hanafi, apakah si A berhak utk mengatakan bahwa si B telah melakukan bid’ah..?? Lalu mana dong yg sebenarnya tegak diatas sunnah..??
Lalu kalau misalkan si A menerapkan pendapat imam syafii dan si B menerapkan pendapat imam hanafi, apakah si A berhak utk mengatakan bahwa si B telah melakukan bid’ah..?? Lalu mana dong yg sebenarnya tegak diatas sunnah..??
Jika ada seseorang menyelisishi salah satu hadist nabi, lalu
dipertanyakan apakah masih tegak diatas sunah atau tidak..?
Maka mari kita analisa kejadian berikut:
Maka mari kita analisa kejadian berikut:
1. Bagaimana ketika rasul memerintahkan muaz bin jabal ke Yaman utk memungut zakat, yg mana nabi saat itu bersabda kpd muaz “Pungutlah zakat gandum dari gandum, kambing dari kambing dan unta dari unta”.
Tp ternyata muaz TIDAK melaksanakan perintah nabi tp ia mengambil zakat berupa jubah dan pakaian dari Yaman. Tapi nabi mendiamkannya.
Apakah muaz dianggap melanggar sunnah dan TIDAK tegak diatas sunnah…?
2. Rasulullah pernah memerintahkan umar dan Ali menyemir
rambut uban mereka dgn warna kuning, tp umar dan ali tidak melaksanakan
perintah nabi tersebut.
Apakah umar dan ali lantas dianggap melanggar sunnah dan TIDAK tegak diatas sunnah…?
Apakah umar dan ali lantas dianggap melanggar sunnah dan TIDAK tegak diatas sunnah…?
3. Seorang laki2 yg berjenggot itu sunnah, dan yg sholat dengan
berisbal itu dikatakan telah berlaku sombong.
Lalu jika ada laki2 yg tidak berjenggot maka apakah akan dikatakan TIDAK tegak diatas sunnah? Dan yg sholat dgn berisbal maka dikatakan Tidak menerapkan sunnah?
Lalu jika ada laki2 yg tidak berjenggot maka apakah akan dikatakan TIDAK tegak diatas sunnah? Dan yg sholat dgn berisbal maka dikatakan Tidak menerapkan sunnah?
4. dan masih buaaaaaaaaanyakkkkk contoh yang lain.
Jadi kesimpulannya:
1. Jika sejak dulu saja sudah terjadi perbedaan dalam memahami perintah nabi maka kenapa kalau sekarang ada orang yg beda dalam memahami teks dalil dalam hadist kok dicap bid’ah? Kok dikatakan tidak mencintai sunnah?
Kenapa selalu HARUS menerapkan teks yg ada dalam hadist dan menelan mentah2 lalu menerapkannya apa adanya sesuai dgn teks, dan jika TIDAK sesuai dengan teks hadit tersebut maka dikatakan TIDAK tegak tegak diatas sunnah..?!!
2. Sejak dulu ada banyak sabda nabi yang tidak diterapkan
atau tidak dilaksanakan karena pertimbangan2 praktis di lapangan, lalu kok
disebut TIDAK tegak diatas sunnah? Apakah kita merasa lebih mengerti daripada
para sahabat?
3. Jika sejak dulu saja ada beberapa sahabat melakukan
hal2 yg menyelisihi sabda nabi karena pertimbangan tertentu, kenapa jika skrg ada yg melakukan hal yg sama
dgn para sahabat karena pertimbangan tertentu, kok disebut TIDAK menegakkan
sunnah?
Mereka bilang bahwa dzikir berjamaah itu bid’ah,
bersalaman sesudah sholat itu bid’ah, berdoa menengadahkan tangan itu bid’ah,
mengusap muka setelah berdoa juga dikatakan bid’ah, dengan anggapan hadistnya
dhaif dan tidak ada contoh dari nabi.
Jika semua hal itu dikatakan bid’ah, maka bgmn dengan
Ibnu Taimiyah yg jika berdoa selalu mendongakkan kepala selalu menatap langit, hal
itu jg tak ada dijaman nabi?
Jika bughot atau memberontak pada khalifah yg sah
dianggap menyalahi hadist nabi, maka bgmn ketika Aisyah berperang bersama
zubair dan sahabat2 lain dalam perang jamal melawan Ali..? Apakah krn Aisyah
dan Ali tidak menegakkan sunnah?
Lalu bgmn pula hingga Ali membunuh zubair pada perang tersebut, padahal hadist nabi mengatakan bahwa jika 2 orang muslim saling membunuh maka keduanya akan masuk neraka?
Apakah Ali akan masuk neraka? Padahal Ali adalah salah
satu sahabat yg dijamin masuk surga?
Apakah zubair yg terbunuh oleh Ali juga masuk neraka? Padahal zubair juga salah satu sahabat yg dijamin masuk surga?
Apakah zubair yg terbunuh oleh Ali juga masuk neraka? Padahal zubair juga salah satu sahabat yg dijamin masuk surga?
Semoga menjadi renungan !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar