Dosa berbuah dosa. Seperti pembunuhan berantai 1
dosa menyebabkan kita terpaksa berbuat dosa berikutnya. Rasa malu dan gengsi
kita pada manusia selalu mengalahkan rasa bersalah dan malu pada Allah. Ya iya
lah.. manusia kan urusannya sekarang kalau Allah kan urusannya nanti.. gimana
nanti... jujur saja bisikan seperti ini yang sering merasuki pikiran kita.
Ketika aib sudah terlanjur tercoreng di ...wajah, maka seperti burung onta yang tak punya pikiran, sibuk menenggelamkan wajahnya ke dalam tanah sementara pantatnya masih badan dan ekornya ke mana-mana. Maka tidak heran ada orang tua yang katanya priyayi dan intelek namun minim spiritual quotient (kecerdasan spiritual) panik menyelamatkan harga dirinya sedangkan ia lupa bahwa bisa saja sebentar lagi harga dirinya tadi tak ada gunanya setelah di alam kubur.
Sungguh takjub saya pada orang tua yang memutuskan menyerahkan bayi dari anak gadisnya yang “kebablasan” ke panti asuhan atau ke orang tua yang mencari anak, hanya karena ia mau menyelamatkan harga dirinya di muka manusia. Setelah itu ia melangsungkan pernikahan anak gadisnya seolah dengan status yang “baik-baik” saja.
Saya lebih takjub pada orang tua yang satu lagi yang bersikeras mendukung, mendanai bahkan mengantarkan anak gadisnya untuk mengugurkan kandungan “haram” nya. Apakah dia tidak ingat bahwa zina adalah dosa yang hampir-hampir membuat geger para malaikat yang menyangga langit. Namun lebih gila lagi jika dosa zina itu dilanjutkan dengan dosa penghilangan nyawa.. pembunuhan janin yang tak berdosa.
Barang siapa membunuh seorang manusia bukan karena orang itu membunuh orang lain (bukan karena qishash), atau bukan karena membuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan ia membunuh manusia seluruhnya; dan barang siapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan ia telah memelihara kehidupan manusia seluruhnya (Q.S. al-Maidah 5: 32)
Ada saudaranya yang berkata bahwa ia hanya mengantarkan saja adiknya menggugurkan kandungan, sehingga yang berdosa adalah orang yang melakukannya. Oh tidak saudaraku…
Ketika aib sudah terlanjur tercoreng di ...wajah, maka seperti burung onta yang tak punya pikiran, sibuk menenggelamkan wajahnya ke dalam tanah sementara pantatnya masih badan dan ekornya ke mana-mana. Maka tidak heran ada orang tua yang katanya priyayi dan intelek namun minim spiritual quotient (kecerdasan spiritual) panik menyelamatkan harga dirinya sedangkan ia lupa bahwa bisa saja sebentar lagi harga dirinya tadi tak ada gunanya setelah di alam kubur.
Sungguh takjub saya pada orang tua yang memutuskan menyerahkan bayi dari anak gadisnya yang “kebablasan” ke panti asuhan atau ke orang tua yang mencari anak, hanya karena ia mau menyelamatkan harga dirinya di muka manusia. Setelah itu ia melangsungkan pernikahan anak gadisnya seolah dengan status yang “baik-baik” saja.
Saya lebih takjub pada orang tua yang satu lagi yang bersikeras mendukung, mendanai bahkan mengantarkan anak gadisnya untuk mengugurkan kandungan “haram” nya. Apakah dia tidak ingat bahwa zina adalah dosa yang hampir-hampir membuat geger para malaikat yang menyangga langit. Namun lebih gila lagi jika dosa zina itu dilanjutkan dengan dosa penghilangan nyawa.. pembunuhan janin yang tak berdosa.
Barang siapa membunuh seorang manusia bukan karena orang itu membunuh orang lain (bukan karena qishash), atau bukan karena membuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan ia membunuh manusia seluruhnya; dan barang siapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan ia telah memelihara kehidupan manusia seluruhnya (Q.S. al-Maidah 5: 32)
Ada saudaranya yang berkata bahwa ia hanya mengantarkan saja adiknya menggugurkan kandungan, sehingga yang berdosa adalah orang yang melakukannya. Oh tidak saudaraku…
Rasulullah s.a.w. melaknat tentang arak, sepuluh
golongan:
(1)
yang
memerasnya,
(2) yang minta diperaskannya,
(3) yang meminumnya,
(4) yang membawanya,
(5) yang minta dihantarinya,
(6) yang menuangkannya,
(7) yang menjualnya,
(8) yang makan harganya,
(9) yang membelinya,
(10) yang minta dibelikannya.” (Riwayat Tarmizi dan Ibnu Majah)
(2) yang minta diperaskannya,
(3) yang meminumnya,
(4) yang membawanya,
(5) yang minta dihantarinya,
(6) yang menuangkannya,
(7) yang menjualnya,
(8) yang makan harganya,
(9) yang membelinya,
(10) yang minta dibelikannya.” (Riwayat Tarmizi dan Ibnu Majah)
Dari Jabir ra bahwasanya Rasulullah SAW melaknat para pemakan riba, yang memberikannya, para pencatatnya dan saksi-saksinya.” Kemudian beliau bersabda, “Mereka semua adalah sama”. (HR. Muslim).
Dari sahabat Ibnu Mas’ud meriwayatkan:
“Rasulullah saw. melaknat orang yang makan riba dan yang memberi makan dari hasil riba, dua orang saksinya, dan penulisnya.” (HR Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Tirmidzi)
Demikian juga terhadap praktek suap-menyuap:
“Rasulullah saw. melaknat orang yang menyuap, yang menerima suap, dan yang menjadi perantaranya.” (HR Ibnu Hibban dan Hakim)
Maka demikian pula untuk perbuatan dosa lainnya. Tolong menolong dalam kebaikan adalah berpahala sedangkan tolong menolong dalam perbuatan dosa adalah suatu kejahatan.
‘Hendaklah kamu tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan, dan janganlah saling membantu dalam perbuatan dosa dan permusuhan. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras dalam hukuman-Nya.” (Q.S. 5:2)
Manusia lupa dengan pedihnya hukuman tuhan ketika dalam gulungan ombak hawa nafsu. Namun lebih parah lagi adalah dosa-dosa lebih keji yang menyertai setelah itu. Bukannya ia bertobat atas dosanya malah ia menambah-nambahi dosa yang lebih besar. Semata karena ia ingin tampil terhormat di masyarakat umum.. Rasa malu pada Allah barangkali telah mulai hilang dalam diri sebahagian orang, atau bahkan banyak orang. Mereka tak malu untuk berbuat nista dan kemungkaran. Tidak malu lagi menjulurkan tangan ini mengambil barang yang haram, tak malu melangkahkan kaki bersepakat tolong menolong dalam kekejian dan kerusakan.
Suatu ketika seorang sahabat bernama Sa’id bin Yazid Al-Azdi r.a. meminta pada Rasulullah SAW, “Nasihatilah aku…” ujarnya kepada Rasulullah SAW. Lalu Rasulullah SAW menjawab, “Aku wasiatkan engkau agar malu kepada Allah SWT sebagaimana engkau malu dari orang yang shalih.” (H.R. Ahmad)
"Katakanlah, "Jika kamu sembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu nyatakan, Allah pasti mengetahuinya. " Dia mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu (Q.S. Ali `Imran [3]: 29)
"... dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan." (Q.S. Al-Hadid: 4)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar