Klik ini untuk Kembali ke BERANDA UTAMA

Seakan Aku Melihat Surga

Oleh: Abuakmal Mubarok & Rama D.Wijaya



Bismillaahirahmaanirrahiim


Meskipun aku di surga mungkin aku tak bahagia,
Bahagiaku tak sempurna bila itu tanpamu…
Aku ingin kau menjadi bidadariku di sana,
Tempat terakhir melabuhkan hidup di keabadian.
(By : PADI)

Begitulah lirik lagu dari grup band Padi yang sempat kudengar di radio ketika dalam suatu perjalanan dengan kereta menuju jakarta beberapa waktu lalu.

Tak pelak lagi lagu ini membuatku termenung dan tenggelam dalam pengelanaan pikiran yang panjang. Mungkin bagi yang belum pernah mengalami kehilangan kekasih atau pasangan hidup, lirik lagu itu terasa biasa saja. Namun bagi yang ditinggal mati kekasih atau pasangan hidupnya, lirik lagu itu sangat mengoyak qalbu. Siapa sih yang tak ingin bersama kembali kekasihnya setelah lama memendam rindu ditiggal mati?

Sejenak lagu itu mengingatkanku pada sebuah hadits bahwa seseorang akan bersama orang yang dicintainya di akhirat nanti.
Jibril berkata kepada Rasulullah SAW, “Katakan kepadanya bahwa ia akan bersamamu dan bersama Allah SWT seperti dua jari yang bersama. Setiap orang akan berkumpul bersama orang-orang yang dicintainya di Hari Akhir.”

Ketika mendengar ini Abu Bakar RA bertanya, “Ya Rasulullah, apakah tidak diperlukan suatu perbuatan tertentu, apakah cinta saja cukup?” Beliau menjawab, “Tidak, wahai Abu Bakar, tidak ada persyaratan melakukan perbuatan tertentu, yang terpenting manakala kamu melakukan sesuatu adalah cinta. Setiap orang akan berkumpul bersama orang-orang yang dicintainya.”

Tentu saja kita semua mencintai pasangan hidupnya, dan ingin bersama mereka di akhirat nanti. Tapi tunggu dulu, itu kan perasaan dan pikiran kita di dunia. Ketika nanti kita dimasukkan kedalam surgaNya (mudah2an dengan Rahmat Allah kita semua memasuki surgaNya), perasaan kita dan pikiran kita tidak sebagaimana kita dulu di dunia.

Keindahan dan kenikmatan surga itu sedemikian hebatnya hingga membuat lupa diri pada orang-orang yang memasukinya. Sehingga suatu ketika orang yang pernah disiksa di neraka sedemikian lama dan sedemikian perihnya, tp ketika dimasukkan ke dalam surga, ia lupa akan perihnya adzab neraka yang sebelumnya ia rasakan. Ibarat pendaki gunung yang lelah nya sirna ketika sampai di puncak dan melihat keindahan puncak gunung.

Dalam sebuah hadits Qudsy diriwayatkan Abu Hurairah, Ketika seorang hamba dikeluarkan dari neraka (mungkin setelah ratusan ribu tahun dihancur leburkan disiksa di api neraka) lalu ia dimasukkan ke dalam surga dan dihadapkan pada Allah, lalu Allah bertanya padanya: “hambaku, berapa lama kau berada di neraka?, hamba itu berkata : "aku tak pernah merasakan siksa neraka..".

Demikianlah, saking nikmatnya surga itu sehingga siksa neraka ratusan ribu tahun yang pedih dan lama itu sirna seketika saat si hamba masuk surga. Ketika di Surga pula, saking indahnya manusia tidak ingat dan mungkin tidak menjadi soal lagi apakah ia bersama kekasihnya dulu di dunia atau tidak. Karena pemuda pemudi surga demikian elok rupawannya sehingga kecantikan dan ketampanan manusia di bumi yang paling rupawan pun tidak ada artinya sama sekali.

Namun Anda jangan salah sangka, walaupun demikian indah dan nikmatnya surga, apa yang paling dirindukan oleh para penghuni surga? Ternyata dikisahkan dalam sebuah hadits bahwa yang paling membahagiakan para penghuni surga ialah ketika mereka dapat bertemu dan melihat Wajah Allah secara langsung, tanpa tabir atau hijab sedikitpun.

Di dalam Al-Qur’an dikatakan wujuuhun yauma-idzin naazhiratun Artinya: "Wajah-wajah (orang-orang mu'min) pada hari itu berseri-seri" (QS. Al-Qiyaamah: 22).

ilaa rabbihaa naatsiratun "Kepada Tuhannyalah mereka memandang". (QS. Al-Qiyaamah: 23).

“Sesungguhnya kamu akan melihat Tuhanmu dengan mata kepalamu sendiri (terang-terang)". (H.R. Bukhari)

Seorang sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah apakah kami melihat Tuhan kami di Hari Kiamat kelak?" , Beliau menjawab: "Apakah sulit bagi kalian melihat matahari dan bulan yang tidak dihalangi oleh awan?" Mereka menjawab: "Tidak". Beliau bersabda lagi: "Demikian pula kamu melihat Tuhanmu kelak". (H.R. Bukhari dan Muslim).

Adapun masalah apakah kita akan disatukan kembali di surga dengan kekasih atau pasangan hidup (suami/istri) ketika di dunia itu hanyalah bonus kenikmatan dari sekian kenikmatan besar di surga. Maka bonus itu otomatis diterima tanpa perlu ia mengidam-idamkannya atau memintanya. Perasaaan para penghuni surga tidak diliputi oleh keinginan duniawi seperti rasa kita sekarang ini. Maka seandainya tidak bersama kekasih kita di dunia dulu, maka itu tidak mengapa karena rasa nikmatnya bertemu Rasulullah SAW dan memandang wajah Allah niscaya akan melupakan keinginan duniawi lainnya.

“Yah itu kan cuman lagu.. ga usah dianggap serius..”, suara hatiku yg lain ikut nimbrung.

Memang sih, itu Cuma lagu, dan lirik itu dibuat oleh makhluk dunia dengan perasaan dunia dan sudut pandang orang yang masih hidup di dunia. Namun hati nurani saya juga menjawab :
“Yah ini juga sekadar ulasan untuk menambah keimanan kita jangan sampai perasaan kita terbuai oleh perasaan duniawai yang membuat seolah nikmat surga itu tak berarti tanpa keberadaan kekasih kita, soalnya jangan2 kita gak jadi masuk surga gara2 meremehkan kenikmatan surganya Allah”. Bukankah begitu..? ^.^

Hadist riwayat Abu Hurairah, ia berkata: “Dari Nabi, aku mendengar beliau bersabda: Allah berfirman: Aku sediakan untuk hamba-hamba-Ku yang saleh sesuatu yang belum pernah dilihat oleh mata dan tidak pernah didengar oleh telinga serta tidak pernah terbesit dalam hati manusia. Bukti kebenaran itu terdapat dalam Alquran: Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyenangkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan”. (Shahih Muslim No.5050).

Keindahan Surga

Dari abu hurairah, ia berkata, Aku bertanya kpd rasulullah ‘bgaimana bangunan surga itu?’. Beliau menjawab,’Surga itu terbuat dari batubata perak dan emas, sedang perekatnya adlh kasturi yg amat wangi, bebatuannya dari mutiara dan permata yaqut, dan debunya adlh Zafaran. Barangsiapa yg memasukinya, ia akan senang, tak pernah susah dan akan kekal tak pernah mati. Pakaiannya tak pernah kumal dan masa mudanya tak pernah sirna’ (HR.Tirmidzi, Ahmad, dan ibnu hibban).

‘Tingkatan penghuni surga yg paling rendah adlh ia memiliki 80.000 pelayan dan 72 istri. Untuknya dipasang kubah (rumah) dari mutiara dan zabarjad (batu permata seperti zamrud) serta Zaqut (batu permata merah delima). Luas rumah yg satu dgn yg lain adalah antara jarak kampung Jabiyah (sebuah tempat dekat damaskus) dgn kota San’a ‘( HR.Tirmidzi)

Ibnu qoyyim al-jauziyah dalam buku ‘Taman Orang2 Jatuh Cinta dan Memendam Rindu’ mengatakan:
“Penduduk surga dapat menyetubuhi istrinya 100 kali dalam sehari, dan setiap kali mereka menyelesaikan hajatnya maka istriya kembali menjadi perawan. Istri2 mereka tidak akan hamil, dan seandainya penghuni surga menginginkan punya anak maka seketika istrinya akan hamil, melahirkan dan pertumbuhannya dalam sesaat sesuai keinginannya’ (Hadist bukhari riwayat Ahmad, tirmidzi dan ibnu majah).

Wanita Surga (Bidadari)

Rasulullah menggambarkan keutamaan2 wanita penduduk Surga dalam sabda beliau :
“ … seandainya salah seorang wanita penduduk Surga menengok penduduk bumi niscaya dia akan menyinari antara keduanya (penduduk Surga dan penduduk bumi) dan akan memenuhinya bau wangi-wangian. Dan setengah dari kerudung wanita Surga yang ada di kepalanya itu lebih baik daripada dunia dan isinya.” (HR. Bukhari dari Anas bin Malik)

dari ummu sulamah, ia menemui rasul dan berkata ‘wahai rsulullah, katakan padaku bagaimana sosok (wujud) wanita penghuni surga?’ rasulullah menjwab,’wahai ummu salamah, sesungguhnya Allah telah mensifati wanita2 penghuni surga itu dgn sebutan khawaib (gadis2 remaja). Wajahnya cantik jelita, buah dadanya sempurna dan tidak menggelantung kebawah, kulitnya putih bersih dan sumsum tulangnya terlihat dari luar seprti halnya engkau melihat anggur merah di gelas kaca yg putih. ‘Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni2 surga yg menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh Jin ( Qs.Ar-Rahman; 74 )”.

Dalam hadits lain Rasulullah bersabda :
"Sesungguhnya istri2 penduduk Surga akan memanggil suami2 mereka dgn suara yang merdu yang tidak pernah didengarkan oleh seorangpun. Di antara yang dikatakankan oleh mereka Wanita2 surga) : “Kami adalah wanita-wanita pilihan yang terbaik. Istri-istri kaum yang termulia. Mereka memandang dengan mata yang menyejukkan.” Dan mereka juga mendendangkan : “Kami adalah wanita-wanita yang kekal, tidak akan mati. Kami adalah wanita-wanita yang aman, tidak akan takut. Kami adalah wanita-wanita yang tinggal, tidak akan pergi.” (Shahih Al Jami’ nomor 1557).
 
Istri-istri kaum Mukminin yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya tersebut akan tetap menjadi pendamping suaminya kelak di Surga dan akan memperoleh kenikmatan yang sama dengan yang diperoleh penduduk Surga lainnya, tentunya sesuai dengan amalnya selama di dunia.

Ketahuilah saudariku dan saudaraku, bahwa sekali Allah mentakdirkan si dia menjadi suami / istri kita dan andaikan pernikahan itu dilanggengkan hingga salah seorang dari kalian meninggal dalam keadaan berstatus suami / istri maka berarti perjodohan itu dilanggengkan (abadi) oleh Allah. Karena kelak suami / istri kita adalah pasangan kita ketika di dunia dulu.

Jika pasangan hidup kita meninggal lebih dahulu dari kita, maka perpisahan di dunia itu adalah sementara sedangkan pertemuan dan bersatunya suami istri kelak di surga adalah selamanya.

Oleh karena itu pilihlah pasangan hidupmu yang dapat membimbingmu menambah pengetahuan agamamu, memperkokoh imanmu, dan bersama sama meraih surgaNya.


Barakallahufikum..semoga bermanfaat,
Salam hangat utk semua,
-----------------------------

Jika Surga dan Neraka Tak Pernah Ada



Oleh : Abuakmal Mubarok & Rama D.Wijaya


Andaikan surga dan neraka tak pernah ada
Masihkah kau bersujud  kepadaNya?

Demikianlah bunyi lagu Alm. Chrisye.

Bait lagu ini juga diilhami dari perkataan tokoh sufi Rabi’ah Al-Adawiyah :

Seluruh mereka menyembahMu karena takut neraka
Dan mereka pandang keselamatan sebagai keuntungan besar
Atau agar mereka dapat masuk surgaMu lantas berjaya
Mengecap nikmat dan minum salsabila
Peruntunganku bukan surga atau neraka
Aku tidak mencari pengganti bagi cintaku

Jika aku beribadah hanya untuk mengharap surgaMU,
Maka jauhkan saja aku darinya

Dan jika aku beribadah karena takut akan nerakaMu,
Maka masukkan saja aku kedalamnya.

aku beribadah hanya berharap ridhoMu.

Perkataan sufisme seperti di atas seolah menampakkan keagungan dan keunggulan cinta kepada Allah melebihi orang kebanyakan. Maka orang-orang sufi menggunakan metafora yang sama untuk mengunggulkan dirinya di atas orang kebanyakan dengan berkata bahwa dirinya telah mencapai derajat cinta sedangkan orang kebanyakan masih melakukan ibadah karena menunaikan  kewajiban. Tak ubahnya seperti ‘wajib pajak menyetorkan pajak.’

Sebenarnya secara tidak sadar dengan perkataan itu secara tidak langsung telah melecehkan Allah. Apakah kita menganggap Allah itu seperti “sales” yang menawar-nawari bonus agar orang mau beribadah kepadaNya? Lantas manusia menolaknya “ No thanks, saya tidak butuh SurgaMu”.

'Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang beriman dan mengerjakan amal yang saleh ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Di surga itu mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas dan mutiara, dan pakaian mereka adalah sutera' (Q.S. Al-Hajj  : 23)

'Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di Surga 'Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar,  itu adalah keberuntungan yang besar' (Q.S. At-Taubah : 72)

'Telah Aku sediakan untuk hamba-hambaKu sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata tidak terdengar oleh telinga dan tidak terlintas di dalam hati manusia' (H.R. Bukhari)

Apakah Anda menganggap Allah sangat memerlukan orang agar taat kepadaNya sampai-sampai perlu membujuk-bujuk orang dengan surgaNya? Atau Allah menakut-nakuti orang dengan nerakaNya?

Sesungguhnya Allah tidak membutuhkan keimanan kita dan tidak butuh ibadah kita.

'Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: "Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu' (Q.S. Al Hujuraat : 17)

'Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu' (Q.S. Az-Zuumar, 7).

'Dan Musa berkata : Seandainya kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah) maka sesungguhnya Allah Maha Kaya  lagi Maha Terpuji' (Q.S. Ibrahim : 8)

“Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam". (Q.S. Ali Imran : 97)

Maka sesungguhnya Allah mengadakan pahala dan dosa, serta surga dan neraka, semua ini diadakan karena manusialah yang membutuhkan Allah.

“Hai manusia, kamulah yang membutuhkan kepada Allah,  dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji” (Q.S. Al-Fathiir : 15)

Jika kita mengatakan TIDAK mengharapkan surganya Allah, secara tidak sadar pula perkataan seperti itu merupakan kesombongan terhadap RahmatNya. Manusia saja bisa tersinggung ketika kita tampik pemberiannya, padahal pemberiannya itu tulus.
Ketahuilah bahwa Allah justru menyukai dan menghendaki manusia memohon surga  kepadaNya.

“Bagi mereka di dalam surga itu apa yang mereka kehendaki, sedang mereka kekal (di dalamnya). (Hal itu) adalah janji dari Tuhanmu yang patut dimohonkan (kepada-Nya)” (Q.S. Al-Furqon  : 16)

“Sembahlah olehmu Allah, harapkanlah (pahala) hari akhir, dan jangan kamu berkeliaran di muka bumi berbuat kerusakan." (Q.S. Al-Ankabuut : 36)

Perhatikanlah bagaimana Allah menyatakan bahwa surga itu patut dimohonkan kepadaNya, sehingga Allah menyukai apabila manusia mengharap memasuki SurgaNya. Bahkan Allah menyuruh kita untuk berlomba-lomba mengharap surgaNya .

“Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman” (Q.S. Al-Hadiid : 21)

Ada orang yang sok menganggap dirinya telah mencapai derajat yang tinggi dengan mengatakan bahwa ayat itu Allah perlukan bagi orang yang awam (yang masih mengharap imbalan agar mau melakukan kebaikan).

“Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan” (Q.S. Az-Zukhruf : 72)

Padahal Allah justru memerintahkan kepada kita untuk mengharap rahmatNya dan takut kepada adzabNya.

“Siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya,  sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (semestinya) ditakuti “(Q.S. Al-Israa’ : 57).

Demikian pula Allah telah berfirman bahwa Dia telah melakukan jual beli (take & give) yang baik dengan memberikan imbalan berupa Surga dan sebagai timbal baliknya orang beriman berjuang fii sabilillah mengorbankan harta dan jiwanya demi tegaknya kalimat Allah.

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itulah) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar (Q.S. At-Taubah : 111)

Maka apakah semua ini kemudian kita anggap sebagai sesuatu yang pamrih dan rendah? Tidak begitu. Sesungguhnya pamrih itu adalah mengharap balasan dari selain Allah. Sedangkan jika mengharapkan balasan dari Allah, maka itu adalah sesuatu yang sepantasnya, sesuatu yang sewajarnya dan sesuatu yang pada tempatnya. Mengharap imbalan dari Allah bukan disebut pamrih. Dan melakukan ibadah tanpa mengharap imbalan pahala maupun surga bukanlah sesuatu yang luhur atau mulia melainkan justru suatu kesombongan kepada Allah.

Walaupun engkau berkata “aku beribadah semata karena cinta kepada Allah dan bukan karena mengharap surga atau takut neraka” seperti kalimat yg kelihatan begitu mulia, namun ketahuilah bahwa Allah murka pada orang yang tidak mengharap sesuatu dariNya. Allah justru murka pada orang yang tidak mau berdoa memohon kepadaNya.

“Barangsiapa tidak pernah berdoa kepada Allah maka Allah murka kepadanya, dan dia termasuk orang yg sombong” (H.R. Ahmad).

“Mintalah anugerah Allah dan Allah senang bila diminta” (H.R. Tirmidzi)

Allah juga justru memerintahkan kita untuk takut pada neraka.

 “…mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti” (Q.S Al-Israa : 57)

“Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan (Q.S. Al-A’raaf : 180)

Allah senang jika hambanya takut pada Nerakanya, dan murka pada orang yang tidak takut  pada adzab Allah.

“Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya” (Q.S Al-Bayyinah : 8)

Bahkan Rabi’ah Al Adawiyah sendiri sangat takut pada nerakanya Allah. Ibnul Jauzi menyebutkan dalam terjamahnya (IV/17) dari Abdullah bin Isa ia berkata : ‘Saya pernah memasuki rumah Rabiah Al Adawiyah maka saya lihat wajahnya bercahaya dan dia banyak sekali menangis. Lalu ada seorang laki-laki membacakan ayat-ayat Qur’an di sampingnya yang menyebut tentang neraka, maka Rabi’ah pun menjerit dan jatuh pingsan’.

Lantas apa artinya semua ini? Padahal Allah lebih dari mampu untuk menegakkan sendiri kalimatNya di muka bumi ini. Padahal Allah lebih dari mampu untuk membinasakan orang-orang dzhalim dan kafir di muka bumi ini.

“Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya” (Q.S Al-Qashash : 78)

“Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong” (Q.S Al-Israa’ : 111)

Mengapa pula Allah mesti meminta tolong kepada makhluq yang diciptakanNya sendiri?

Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu (Q.S. Muhammad : 7)

Allah juga mampu menjadikan seluruh manusia ini beriman.

“Seandainya Allah menghendaki (semua manusia beriman), tentu Allah memberi petunjuk kepada manusia semuanya” (Q.S. Ar-Ra’d  : 31)

“Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya ?” (Q.S. Yunus : 99)

Namun Allah memang bermaksud mengadakan ‘Permainan Dunia’ ini sebagai ujian untuk makhlukNya. Yang dengan demikian itu Allah akan memilih siapa di antara manusia itu yang layak memasuki surgaNya

Maka tentu saja jawabannya adalah bahwa semua ini bukanlah Allah yang membutuhkan. Melainkan ladang amal dan ladang jihad ini disediakan bagi manusia untuk beramal untuk membuktikan di hadapan Rabbnya  bahwa dirinya sebagai orang yang beriman dan layak memasuki surgaNya.

“Dan supaya Allah mengetahui  siapa-siapa orang  yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal  Allah tidak (bisa) dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa(Q.S. Al-Hadiid : 25)

Namun kembali lagi pertanyaannya bagaimana seandainya Surga dan Neraka itu memang tidak ada? Sebenarnya pengandaian ini adalah pengandaian yang tidak ada gunanya dan hanya berada pada tataran teoritis saja, karena kita telah beriman kepada firman Allah yang menyatakan bahwa Surga dan Neraka itu ada. Maka baiklah kita jawab secara teoritis saja bahwa sikap yang paling baik mengenai hal ini adalah firman Allah :

“Berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu” (Q.S. Al-Qashash : 77)

Demikian pula ketika seorang sahabat bertanya pada Rasulullah :
“Ya Rasulullah bukankah dosamu saat ini dan akan datang telah diampuni? Rasulullah menjawab : bukankah sepantasnya aku menjadi hamba yang bersyukur?”

Demikian pula perkataan Ibnu Qayyim :
Angaplah hari berbangkit sudah tiba
Dan Rasul-Rasul belum datang kepada kita
Dan Neraka Jahim belum pula dinyalakan
Bukankah tetap wajib seorg hamba memuji dan menyanjung Sang Pemberi nikmat?

Lalu kita kembali pada pertanyaan awal :
Jika surga dan neraka tak pernah ada
Masihkah kau mau sujud  kepadaNya?

MAKA ANDA SENDIRI YANG TAHU JAWABANNYA..!

Wallahu musta'an.


Hukum Musik dan Nyanyian (BAGIAN 1)




Oleh : Rama D. Wijaya

Salah satu hal yg menjadi perdebatan dikalangan umat adalah hukum tentang musik dan nyanyian.
orang2 yg menghukumi musik dan nyanyian adalah sesuatu yg haram (secara mutlak) adalah karena mereka bersandar pada keumuman dalil hadist dan ayat berikut:

  
Rasul bersabda: ‘akan datang di akhir zaman dari umatku suatu kaum yg menghalalkan judi, sutera, khamer dan alat musik’ (HR.Bukhari dan Abu dawud).

Allah berfirman: ‘Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan’ [QS. Luqman : 6].

Karena terlalu semangatnya dalam berislam, dan hanya membaca teks sebuah hadist dan ayat yg bunyinya begini dan bgitu, maka mereka langsung berkesimpulan dan mengatakan bahwa semua MUSIK ITU HARAM TANPA KECUALI.

Mereka hanya berpegang dan mengambil dalil2 yg sesuai selera hati mereka sendiri TANPA mau merujuk kepada dalil2 lain yg juga akurat dan teruji keshahihannya dlm persoalan yg sama.

Maka untuk menjawab hal tersebut, berikut adalah dalil2 tentang dibolehkannya Musik dan Nyanyian.

Imam Malik, Imam Ja'far, Imam Al-Ghazali, dan Imam Abu Daud Azh-Zhahiri telah mencantumkan berbagai dalil tentang bolehnya nyanyian dan menggunakan alat-alat musik. 
Alasan-alasan mereka antara lain:

1.   Firman Allah Ta'ala:
(...وَ اغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الأَصْوَاتِ لَصَوْتِ الْحَمِيْرِ) (لقمان:).

"....dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah bunyi keledai." (Qs. 31:19).

Imam Al-Ghazali mengambil pengertian ayat ini dari mafhum mukhalafah. Allah s.w.t. memuji suara yang baik. Dengan demikian dibolehkan mendengarkansuara (nyanyian) yang baik. 
(Imam AL-Ghazali, IHYA ULUM-ID-DIN, Juz VI, Jilid II, hlm. 141).

2.   Hadis Buhkari, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan lain-lain dari Rubayyi' binti Mu'awwiz 'Afra.

Rubayyi' berkata bahwa Rasulullah s.a.w. datang ke rumah pada pesta pernikahannya (Pesta yang dimaksud di sini adalah pesta pernikahan yang didalamnya ada lelaki dan perempuan, tetapi dipisahkan jaraknya. Di dalam Islam ada tiga pesta, yakni (1) pesta pertunangan, (2) pesta pernikahan, (3) pesta percampuran)
Lalu Nabi s.a.w. duduk di atas.tikar. Tak lama kemudian beberapa orang dari jariah (wanita budak)nya segera memukul rebana sambil memuji-muji (dengan menyenandungkan) untuk orang tuanya yang syahid di medan perang Badar. Tiba-tiba salah seorang dari jariah itu berkata: "Di antara kita ini ada Nabi s.a.w. yang dapat mengetahui apa yang akan terjadi pada esok hari." Tetapi Rasulullah s.a.w. segera bersabda

(لاَ تَقُوْلِي هكَذَا وَ قُوْلِيْ كَمَا كُنْتِ تَقُوْلِيْنَ)

"Tinggalkanlah omongan itu. Teruskanlah apa yang kamu (nyanyikan) tadi.
(HR. SUNAN AT-TIRMIDZI, Jilid III, hlm. 398-399; dan SUNAN AL-MUSTAFA, hlm. 586):

3.   Hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari 'Aisyah r.a., Aisyah berkata:

"Pada suatu hari Rasulullah masuk ke tempatku. Ketika itu disampingku ada dua gadis perempuan budak yang sedang mendendangkan nyanyian (tentang hari Bu'ats) (Bu'ats adalah nama salah satu benteng untuk Al-Aws yang jaraknya kira-kira dua hari perjalanan dari Madinah. Di sana pernah terjadi perang dahsyat antara kabilah Aus dan Khazraj tepat 3 tahun sebelum hijrah.) Kulihat Rasulullah s.a.w. berbaring tetapi dengan memalingkan mukanya. Pada saat itulah Abu Bakar masuk dan ia marah kepadaku. Katanya: "Di tempat / rumah Nabi ada seruling setan?". Mendengar seruan itu Nabi lalu menghadapkan mukanya kepada Abu Bakar seraya berkata:
(دَعْهُمَا يَا أَبَا بَكْرٍ)
"Biarkanlah keduanya, hai Abu Bakar."

Tatkala Abu Bakar tidak memperhatikan lagi maka aku suruh kedua budak perempuan itu keluar. Waktu itu adalah hari raya di mana orang-orang Sudan sedang menari dengan memainkan alat-alat penangkis dan senjata perangnya (di dalam masjid)."
(HR.BUKHARI, No. 949, 952; lSHAHIH MUSLIM, Hadis No. 892 dengan lafazh lain):

4.   riwayat dari 'Aisyah r.a., ia berkata : "Aku pernah melihat bahwa rasulullah mengawinkan seorang wanita dengan seorang laki-laki dari kalangan Anshar. Maka Nabi s.a.w. bersabda:

(يَا عَائِشَةُ مَا كَانَ مَعَكُمْ مِنْ لَهْو فَإِنَّ الأَنْصَارَ يُعْجِبُهُمُ اللَّهْوُ)

"Hai 'Aisyah, tidak adakah padamu hiburan (nyanyian) karena sesungguhnya orang-orang Anshar senang dengan hiburan (nyanyian)."

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad terdapat lafaz (Lihat Imam Asy-Syaukani, NAIL-UL-AUTHAR, Jilid VI, hlm. 187):
(لَوْ بَعَثْتُمْ مَعَهَا مَنْ يُغَنِّيْهِمْ وَ يَقُوْلُ: أَتَيْنَاكُمْ أَتَيْنَاكُمْ فَحَيُّوْنَا نُحَيِّيْكُمْ فَإِنَّ الأَنْصَارَ قَوْمٌ فِيْهِمْ غَزَلٌ)

"Bagaimana kalau diikuti pengantin itu oleh (orang-orang) wanita untuk bernyanyi sambil berkata dengan senada: "Kami datang kepadamu. Hormatilah kami dan kami pun menghormati kamu. Sebab kaum Anshar senang menyanyikan (lagu) tentang wanita."
(HR.Imam Ahmad, Bukhari dan Muslim )

5.   Hadis riwayat Imam Ahmad dan Tirmidzi dari Buraidah yang berkata:

"Suatu hari Rasulullah s.a.w. pergi untuk menghadapi suatu peperangan. Setelah beliau pulang dari medan perang, datanglah seorang jariah kulit hitam seraya berkata: "Ya Rasulallah, aku telah bernazar, yaitu kalau tuan dipulangkan Allah dengan selamat, aku akan menabuh rebana dan bernyanyi di hadapan tuan." Mendengar hal itu Rasulullah s.a.w. bersabda:
(إِنْ كُنْتِ نَذَرْتِ فَاضْرِبِيْ وَ إِلاَّ فَلاَ)

"Jika demikian nazarmu, maka tabuhlah. Tetapi kalau tidak, maka jangan lakukan."
Maka jadilah ia menabuh rebana.Ketika tengah menabuh masklah Abu Bakar. Tapi jariah itu masih terus menabuh rebananya. Tak lama kemudian Utsman juga masuk, dan si penabuh masih asyik dengan rebana. Begitu pula halnya ketika Ali masuk. Namun tatkala Umar masuk, jariah itu cepat-cepat menyembunyikan rebananya di bawah pinggulnya setelah dilemparkan, lalu didudukinya rebana itu. Melihat peristiwa itu Rasulullah s.a.w. berkata:

(إِنَّ الشَّيْطَانَ لَيَخَافُ مِنْكَ يَا عُمَرُ إِنِّيْ كُنْتُ جَالِسًا وَهِيَ تَضْرِبُ فَدَخَلَ أَبُوْ بَكْرٍ وَ هِيَ تَضْرِبُ ثُمَّ دَخَلَ عَلِيٌّ وَ هِيَ تَضْرِبُ ثُمَّ دَخَلَ عُثْمَانُ وَ هِيَ تَضْرِبُ فَلَمَّا دَخَلْتَ أَنْتَ يَا عُمَرُ أَلْقَتِ الدُّفَّ)

"Sesungguhnya syaitan pun takut kepadamu, hai Umar. Tadi ketika aku duduk di sini, jariah ini masih memukul rebananya. Begitu pula ketika Abu Bakar, Ali, Utsman masuk, dia masih memukulnya. Tetapi ketika engkau yang masuk hai Umar, dia buru-buru melemparkannya."  
(Imam Tirmidzi menyebutkan bahwa Hadis ini SHAHIH tingkatannya. Lihat Imam Asy-Syaukani , NAIL-UL-AUTHAR, Jilid VII, hlm. 119).

6.   Hadis riwayat An-Nasai (dari???) Qurazhah bin Sa'ad (seorang tabi'i) yang pernah meriwayatkan tentang apa yang terjadi dalam suatu pesta pernikahan. Ia berkata :
"Saya masuk ke rumah Qurazhah bin Ka'ab dan Mas'ud Al-Anshari. Tiba-tiba beberapa perempuan budak (jawari) mulai bernyanyi-nyanyi. Maka saya bertanya:

(أَنْتُمَا صَاحِبَا رَسُوْلَ اللهِ (ص) وَ مِنْ أَهْلِ بَدْرٍ وَ يُفْعَلُ هذَا عِنْدَكُمْ فَقَالَ: اِجْلِسْ إِنْ شِئْتَ فَاسْمَعْ مَعَنَا وَ إِنْ شِئْتَ اذْهَبْ قَدْ رُخِّصَ لَنَا فِي اللَّهْوِ عِنْدَ الْعُرْسِ)

"Kalian berdua adalah sahabat Rasulullah s.a.w. dan pejuang di perang Badar. Kenapa hal yang begini kalian lakukan?" Qurazhah menjawab: "Duduklah, kalau engkau mau. Mari kita dengar bersama. Kalau tidak, silahkan pergi. Sesungguhnya telah diperbolehkan bagi kita untuk mengadakan hiburan (nyanyian) apabila ada pesta perkawinan."  
(Lihat SUNAN AN-NASAI, Jilid VI, hlm.127)

7.   Hadis Abdullah bin Ahmad bin Hanbal dari Amr ibnu Yahya Al-Mazini dari datuknya, Abu Hasan yang mengatakan bahwa hadis ini menceritakan kebencian Rasulullah s.a.w. terhadap pernikahan sirri (yang rahasia). Karena Itulah rebana ditabuh seraya didendangkan.(Lihat Imam Asy-Syaukani, NAIL-UL-AUTHAR, Jilid VI, hlm. 187):
(كَانَ يَكْرَهُ نِكَاحَ السِّرِّ حَتّى يُضْرَبَ بِدُفٍّ وَ يُقَالُ: أَتَيْنَاكُمْ أَتَيْنَاكُمْ فَحَيُّوْنَا نُحَيِّيْكُمْ)

"Kami datang kepadamu, kami datang kapadamu, (karenanya) hormatilah kami. (Sebagai gantinya) kami akan menghormatimu."

8.   Hadis riwayat Ibnu Majah dari Anas bin Malik.

Anas bin Malik berkata: "Sesungguhnya Nabi s.a.w. melewati beberapa tempat di Madinah. Tiba-tiba beliau berjumpa dengan beberapa jariah yang sedang memukul rebana sambil menyanyikan: "Kami jariah bani Najjar. Alangkah bahagianya bertetangga dengan Nabi besar." Mendengar dendang mereka, Nabi s.a.w. bersabda (Lihat SUNAN MUSTAFA, hlm. 586):
(اللهُ يَعْلَمُ إِنِّيْ لأُحِبُّكُمْ)
"Allah mengetahui bahwa aku benar-benar sayang kepada kalian."

9. Dari Abdullah bin Auf, dia berkata: “Aku menghampiri pintu rumah Umar bin Al Khathab, kemudian aku mendengar ia sedang bernyanyi: Wahai, bagaimanakah nasib rumahku di Madinah Setelah maksud jahat Jamil bin ma’mar terpenuhi, Yang dimaksud adalah Jamil al Jamahi, karena hanya dia yang punya nama itu. Aku datang minta izin masuk ke rumahnya, beliau berkata, “Apakah engkau mendengar apa yang aku nyanyikan tadi?, “ Aku menjawab, “Ya.” Beliau berkata:” Sesungguhnya aku, apabila sedang kesepian, aku juga sering bersenandung seperti orang lain juga.” (Imam Ibnu Hajar, Al Ishabah, I/457, no. 2298. Al Baihaqi, V/69) .


Syekh Al-Albani sendiri mengatakan,'Tidak benar menyatakan bahwa musik dan  nyanyian itu sendiri terlarang secara mutlak, karena tidak ada dalil yg menyatakan keumuman tentang hal ini. Demikian pula, tidak benar jika ada yang mengatakan bahwa musik dan nyanyian itu dibolehkan secara mutlak,sebagaimana yg dilakukan oleh sufi dan pengikut hawa nafsu' (tahrim 'Ala Ath-Tharb, hal 126).

KESIMPULAN:
 

1. Musik dan Nyanyian adalah HARAM jika: mengandung katà-kata kesyirikan, kemunafikan, membangkitkan syahwat, dinyanyikan oleh biduan di tempat maksiat, diiringi dengan khamer, berisi ghibah, menghina orang, dorongan utk melakukan zina, menjadikan lupa kepada dzikir dan jauh dari mengingat Allah, dan membangkitkan angan-angan.

2. Adapun selain hal tersebut maka hukumnya adalah MUBAH.


Wallahualam bishowab.


Demikian sedikit yg bisa kami sampaikan.

Bersambung BAGIAN 2.