Andaikan
surga dan neraka tak pernah ada
Masihkah
kau bersujud kepadaNya?
Demikianlah
bunyi lagu Alm. Chrisye.
Bait lagu ini juga diilhami dari perkataan tokoh sufi Rabi’ah Al-Adawiyah :
Seluruh mereka menyembahMu karena
takut neraka
Dan
mereka pandang keselamatan sebagai keuntungan besar
Atau
agar mereka dapat masuk surgaMu lantas berjaya
Mengecap
nikmat dan minum salsabila
Peruntunganku
bukan surga atau neraka
Aku
tidak mencari pengganti bagi cintaku
Jika aku beribadah hanya untuk mengharap surgaMU,
Maka jauhkan saja aku darinya
Dan jika aku beribadah karena takut akan nerakaMu,
Maka masukkan saja aku kedalamnya.
aku beribadah hanya berharap ridhoMu.
Jika aku beribadah hanya untuk mengharap surgaMU,
Maka jauhkan saja aku darinya
Dan jika aku beribadah karena takut akan nerakaMu,
Maka masukkan saja aku kedalamnya.
aku beribadah hanya berharap ridhoMu.
Perkataan
sufisme seperti di atas seolah menampakkan keagungan dan keunggulan cinta
kepada Allah melebihi orang kebanyakan. Maka orang-orang sufi menggunakan
metafora yang sama untuk mengunggulkan dirinya di atas orang kebanyakan dengan
berkata bahwa dirinya telah mencapai derajat cinta sedangkan orang kebanyakan
masih melakukan ibadah karena menunaikan kewajiban. Tak ubahnya seperti ‘wajib pajak
menyetorkan pajak.’
Sebenarnya
secara tidak sadar dengan perkataan itu secara tidak langsung telah melecehkan
Allah. Apakah kita menganggap Allah itu seperti “sales” yang menawar-nawari
bonus agar orang mau beribadah kepadaNya? Lantas manusia menolaknya “ No
thanks, saya tidak butuh SurgaMu”.
'Sesungguhnya
Allah memasukkan orang-orang beriman dan mengerjakan amal yang saleh ke dalam
surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Di surga itu mereka diberi
perhiasan dengan gelang-gelang dari emas dan mutiara, dan pakaian mereka adalah
sutera' (Q.S. Al-Hajj : 23)
'Allah
menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat)
surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan
(mendapat) tempat-tempat yang bagus di Surga 'Adn. Dan keridhaan Allah adalah
lebih besar, itu adalah keberuntungan
yang besar' (Q.S. At-Taubah : 72)
'Telah
Aku sediakan untuk hamba-hambaKu sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata
tidak terdengar oleh telinga dan tidak terlintas di dalam hati manusia' (H.R.
Bukhari)
Apakah
Anda menganggap Allah sangat memerlukan orang agar taat kepadaNya sampai-sampai
perlu membujuk-bujuk orang dengan surgaNya? Atau Allah menakut-nakuti orang
dengan nerakaNya?
Sesungguhnya
Allah tidak membutuhkan keimanan kita dan tidak butuh ibadah kita.
'Mereka
merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah:
"Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu' (Q.S. Al Hujuraat : 17)
'Jika
kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu' (Q.S.
Az-Zuumar, 7).
'Dan
Musa berkata : Seandainya kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya
mengingkari (nikmat Allah) maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji' (Q.S.
Ibrahim : 8)
“Barangsiapa
mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam". (Q.S. Ali Imran : 97)
Maka
sesungguhnya Allah mengadakan pahala dan dosa, serta surga dan neraka, semua
ini diadakan karena manusialah yang membutuhkan Allah.
“Hai
manusia, kamulah yang membutuhkan kepada Allah,
dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha
Terpuji” (Q.S. Al-Fathiir : 15)
Jika
kita mengatakan TIDAK mengharapkan surganya Allah, secara tidak sadar pula
perkataan seperti itu merupakan kesombongan terhadap RahmatNya. Manusia saja
bisa tersinggung ketika kita tampik pemberiannya, padahal pemberiannya itu
tulus.
Ketahuilah
bahwa Allah justru menyukai dan menghendaki manusia memohon surga kepadaNya.
“Bagi
mereka di dalam surga itu apa yang mereka kehendaki, sedang mereka kekal (di
dalamnya). (Hal itu) adalah janji dari Tuhanmu yang patut dimohonkan
(kepada-Nya)” (Q.S. Al-Furqon : 16)
“Sembahlah
olehmu Allah, harapkanlah (pahala) hari akhir, dan jangan kamu berkeliaran di
muka bumi berbuat kerusakan." (Q.S. Al-Ankabuut : 36)
Perhatikanlah
bagaimana Allah menyatakan bahwa surga itu patut dimohonkan kepadaNya, sehingga
Allah menyukai apabila manusia mengharap memasuki SurgaNya. Bahkan Allah
menyuruh kita untuk berlomba-lomba mengharap surgaNya .
“Berlomba-lombalah
kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas
langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman” (Q.S. Al-Hadiid : 21)
Ada
orang yang sok menganggap dirinya
telah mencapai derajat yang tinggi dengan mengatakan bahwa ayat itu Allah perlukan
bagi orang yang awam (yang masih mengharap imbalan agar mau melakukan kebaikan).
“Dan
itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu
kerjakan” (Q.S. Az-Zukhruf : 72)
Padahal
Allah justru memerintahkan kepada kita untuk mengharap rahmatNya dan takut
kepada adzabNya.
“Siapa
di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya
dan takut akan azab-Nya, sesungguhnya
azab Tuhanmu adalah suatu yang (semestinya) ditakuti “(Q.S.
Al-Israa’ : 57).
Demikian
pula Allah telah berfirman bahwa Dia telah melakukan jual beli (take &
give) yang baik dengan memberikan imbalan berupa Surga dan sebagai timbal
baliknya orang beriman berjuang fii sabilillah mengorbankan harta dan jiwanya
demi tegaknya kalimat Allah.
“Sesungguhnya
Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan
memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka
membunuh atau terbunuh. (Itulah) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat,
Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada
Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan
itulah kemenangan yang besar “(Q.S. At-Taubah : 111)
Maka
apakah semua ini kemudian kita anggap sebagai sesuatu yang pamrih dan rendah?
Tidak begitu. Sesungguhnya pamrih itu adalah mengharap balasan dari selain
Allah. Sedangkan jika mengharapkan balasan dari Allah, maka itu adalah sesuatu
yang sepantasnya, sesuatu yang sewajarnya dan sesuatu yang pada tempatnya. Mengharap
imbalan dari Allah bukan disebut pamrih. Dan melakukan ibadah tanpa mengharap
imbalan pahala maupun surga bukanlah sesuatu yang luhur atau mulia melainkan
justru suatu kesombongan kepada Allah.
Walaupun
engkau berkata “aku beribadah semata karena cinta kepada Allah dan bukan karena
mengharap surga atau takut neraka” seperti kalimat yg kelihatan begitu mulia,
namun ketahuilah bahwa Allah murka pada orang yang tidak mengharap sesuatu
dariNya. Allah justru murka pada orang yang tidak mau berdoa memohon kepadaNya.
“Barangsiapa
tidak pernah berdoa kepada Allah maka Allah murka kepadanya, dan dia termasuk
orang yg sombong” (H.R. Ahmad).
“Mintalah
anugerah Allah dan Allah senang bila diminta” (H.R. Tirmidzi)
Allah
juga justru memerintahkan kita untuk takut pada neraka.
“…mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan
azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti” (Q.S Al-Israa : 57)
“Hanya
milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut
asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran
dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa
yang telah mereka kerjakan (Q.S. Al-A’raaf : 180)
Allah
senang jika hambanya takut pada Nerakanya, dan murka pada orang yang tidak
takut pada adzab Allah.
“Allah
ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah
(balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya” (Q.S
Al-Bayyinah : 8)
Bahkan
Rabi’ah Al Adawiyah sendiri sangat takut pada nerakanya Allah. Ibnul Jauzi
menyebutkan dalam terjamahnya (IV/17) dari Abdullah bin Isa ia berkata : ‘Saya
pernah memasuki rumah Rabiah Al Adawiyah maka saya lihat wajahnya bercahaya dan
dia banyak sekali menangis. Lalu ada seorang laki-laki membacakan ayat-ayat
Qur’an di sampingnya yang menyebut tentang neraka, maka Rabi’ah pun menjerit
dan jatuh pingsan’.
Lantas
apa artinya semua ini? Padahal Allah lebih dari mampu untuk menegakkan sendiri
kalimatNya di muka bumi ini. Padahal Allah lebih dari mampu untuk membinasakan
orang-orang dzhalim dan kafir di muka bumi ini.
“Allah
sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya” (Q.S Al-Qashash : 78)
“Dia
bukan pula hina yang memerlukan penolong” (Q.S Al-Israa’ : 111)
Mengapa
pula Allah mesti meminta tolong kepada makhluq yang diciptakanNya sendiri?
Hai
orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu (Q.S. Muhammad : 7)
Allah
juga mampu menjadikan seluruh manusia ini beriman.
“Seandainya
Allah menghendaki (semua manusia beriman), tentu Allah memberi petunjuk kepada
manusia semuanya” (Q.S. Ar-Ra’d : 31)
“Dan
jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi
seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi
orang-orang yang beriman semuanya ?” (Q.S. Yunus : 99)
Namun
Allah memang bermaksud mengadakan ‘Permainan Dunia’ ini sebagai ujian untuk
makhlukNya. Yang dengan demikian itu Allah akan memilih siapa di antara manusia
itu yang layak memasuki surgaNya
Maka
tentu saja jawabannya adalah bahwa semua ini bukanlah Allah yang membutuhkan.
Melainkan ladang amal dan ladang jihad ini disediakan bagi manusia untuk
beramal untuk membuktikan di hadapan Rabbnya
bahwa dirinya sebagai orang yang beriman dan layak memasuki surgaNya.
“Dan
supaya Allah mengetahui siapa-siapa
orang yang menolong (agama)Nya dan
rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak
(bisa) dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa” (Q.S. Al-Hadiid : 25)
Namun
kembali lagi pertanyaannya bagaimana seandainya Surga dan Neraka itu memang
tidak ada? Sebenarnya pengandaian ini adalah pengandaian yang tidak ada gunanya
dan hanya berada pada tataran teoritis saja, karena kita telah beriman kepada
firman Allah yang menyatakan bahwa Surga dan Neraka itu ada. Maka baiklah kita
jawab secara teoritis saja bahwa sikap yang paling baik mengenai hal ini adalah
firman Allah :
“Berbuat
baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu” (Q.S.
Al-Qashash : 77)
Demikian
pula ketika seorang sahabat bertanya pada Rasulullah :
“Ya
Rasulullah bukankah dosamu saat ini dan akan datang telah diampuni? Rasulullah
menjawab : bukankah sepantasnya aku menjadi hamba yang bersyukur?”
Demikian
pula perkataan Ibnu Qayyim :
Angaplah
hari berbangkit sudah tiba
Dan
Rasul-Rasul belum datang kepada kita
Dan
Neraka Jahim belum pula dinyalakan
Bukankah
tetap wajib seorg hamba memuji dan menyanjung Sang Pemberi nikmat?
Lalu kita kembali pada pertanyaan awal :
Jika
surga dan neraka tak pernah ada
Masihkah
kau mau sujud kepadaNya?
MAKA
ANDA SENDIRI YANG TAHU JAWABANNYA..!
Wallahu musta'an.
Wallahu musta'an.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar