Klik ini untuk Kembali ke BERANDA UTAMA

Jika Surga dan Neraka Tak Pernah Ada



Oleh : Abuakmal Mubarok & Rama D.Wijaya


Andaikan surga dan neraka tak pernah ada
Masihkah kau bersujud  kepadaNya?

Demikianlah bunyi lagu Alm. Chrisye.

Bait lagu ini juga diilhami dari perkataan tokoh sufi Rabi’ah Al-Adawiyah :

Seluruh mereka menyembahMu karena takut neraka
Dan mereka pandang keselamatan sebagai keuntungan besar
Atau agar mereka dapat masuk surgaMu lantas berjaya
Mengecap nikmat dan minum salsabila
Peruntunganku bukan surga atau neraka
Aku tidak mencari pengganti bagi cintaku

Jika aku beribadah hanya untuk mengharap surgaMU,
Maka jauhkan saja aku darinya

Dan jika aku beribadah karena takut akan nerakaMu,
Maka masukkan saja aku kedalamnya.

aku beribadah hanya berharap ridhoMu.

Perkataan sufisme seperti di atas seolah menampakkan keagungan dan keunggulan cinta kepada Allah melebihi orang kebanyakan. Maka orang-orang sufi menggunakan metafora yang sama untuk mengunggulkan dirinya di atas orang kebanyakan dengan berkata bahwa dirinya telah mencapai derajat cinta sedangkan orang kebanyakan masih melakukan ibadah karena menunaikan  kewajiban. Tak ubahnya seperti ‘wajib pajak menyetorkan pajak.’

Sebenarnya secara tidak sadar dengan perkataan itu secara tidak langsung telah melecehkan Allah. Apakah kita menganggap Allah itu seperti “sales” yang menawar-nawari bonus agar orang mau beribadah kepadaNya? Lantas manusia menolaknya “ No thanks, saya tidak butuh SurgaMu”.

'Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang beriman dan mengerjakan amal yang saleh ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Di surga itu mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas dan mutiara, dan pakaian mereka adalah sutera' (Q.S. Al-Hajj  : 23)

'Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di Surga 'Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar,  itu adalah keberuntungan yang besar' (Q.S. At-Taubah : 72)

'Telah Aku sediakan untuk hamba-hambaKu sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata tidak terdengar oleh telinga dan tidak terlintas di dalam hati manusia' (H.R. Bukhari)

Apakah Anda menganggap Allah sangat memerlukan orang agar taat kepadaNya sampai-sampai perlu membujuk-bujuk orang dengan surgaNya? Atau Allah menakut-nakuti orang dengan nerakaNya?

Sesungguhnya Allah tidak membutuhkan keimanan kita dan tidak butuh ibadah kita.

'Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: "Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu' (Q.S. Al Hujuraat : 17)

'Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu' (Q.S. Az-Zuumar, 7).

'Dan Musa berkata : Seandainya kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah) maka sesungguhnya Allah Maha Kaya  lagi Maha Terpuji' (Q.S. Ibrahim : 8)

“Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam". (Q.S. Ali Imran : 97)

Maka sesungguhnya Allah mengadakan pahala dan dosa, serta surga dan neraka, semua ini diadakan karena manusialah yang membutuhkan Allah.

“Hai manusia, kamulah yang membutuhkan kepada Allah,  dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji” (Q.S. Al-Fathiir : 15)

Jika kita mengatakan TIDAK mengharapkan surganya Allah, secara tidak sadar pula perkataan seperti itu merupakan kesombongan terhadap RahmatNya. Manusia saja bisa tersinggung ketika kita tampik pemberiannya, padahal pemberiannya itu tulus.
Ketahuilah bahwa Allah justru menyukai dan menghendaki manusia memohon surga  kepadaNya.

“Bagi mereka di dalam surga itu apa yang mereka kehendaki, sedang mereka kekal (di dalamnya). (Hal itu) adalah janji dari Tuhanmu yang patut dimohonkan (kepada-Nya)” (Q.S. Al-Furqon  : 16)

“Sembahlah olehmu Allah, harapkanlah (pahala) hari akhir, dan jangan kamu berkeliaran di muka bumi berbuat kerusakan." (Q.S. Al-Ankabuut : 36)

Perhatikanlah bagaimana Allah menyatakan bahwa surga itu patut dimohonkan kepadaNya, sehingga Allah menyukai apabila manusia mengharap memasuki SurgaNya. Bahkan Allah menyuruh kita untuk berlomba-lomba mengharap surgaNya .

“Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman” (Q.S. Al-Hadiid : 21)

Ada orang yang sok menganggap dirinya telah mencapai derajat yang tinggi dengan mengatakan bahwa ayat itu Allah perlukan bagi orang yang awam (yang masih mengharap imbalan agar mau melakukan kebaikan).

“Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan” (Q.S. Az-Zukhruf : 72)

Padahal Allah justru memerintahkan kepada kita untuk mengharap rahmatNya dan takut kepada adzabNya.

“Siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya,  sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (semestinya) ditakuti “(Q.S. Al-Israa’ : 57).

Demikian pula Allah telah berfirman bahwa Dia telah melakukan jual beli (take & give) yang baik dengan memberikan imbalan berupa Surga dan sebagai timbal baliknya orang beriman berjuang fii sabilillah mengorbankan harta dan jiwanya demi tegaknya kalimat Allah.

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itulah) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar (Q.S. At-Taubah : 111)

Maka apakah semua ini kemudian kita anggap sebagai sesuatu yang pamrih dan rendah? Tidak begitu. Sesungguhnya pamrih itu adalah mengharap balasan dari selain Allah. Sedangkan jika mengharapkan balasan dari Allah, maka itu adalah sesuatu yang sepantasnya, sesuatu yang sewajarnya dan sesuatu yang pada tempatnya. Mengharap imbalan dari Allah bukan disebut pamrih. Dan melakukan ibadah tanpa mengharap imbalan pahala maupun surga bukanlah sesuatu yang luhur atau mulia melainkan justru suatu kesombongan kepada Allah.

Walaupun engkau berkata “aku beribadah semata karena cinta kepada Allah dan bukan karena mengharap surga atau takut neraka” seperti kalimat yg kelihatan begitu mulia, namun ketahuilah bahwa Allah murka pada orang yang tidak mengharap sesuatu dariNya. Allah justru murka pada orang yang tidak mau berdoa memohon kepadaNya.

“Barangsiapa tidak pernah berdoa kepada Allah maka Allah murka kepadanya, dan dia termasuk orang yg sombong” (H.R. Ahmad).

“Mintalah anugerah Allah dan Allah senang bila diminta” (H.R. Tirmidzi)

Allah juga justru memerintahkan kita untuk takut pada neraka.

 “…mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti” (Q.S Al-Israa : 57)

“Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan (Q.S. Al-A’raaf : 180)

Allah senang jika hambanya takut pada Nerakanya, dan murka pada orang yang tidak takut  pada adzab Allah.

“Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya” (Q.S Al-Bayyinah : 8)

Bahkan Rabi’ah Al Adawiyah sendiri sangat takut pada nerakanya Allah. Ibnul Jauzi menyebutkan dalam terjamahnya (IV/17) dari Abdullah bin Isa ia berkata : ‘Saya pernah memasuki rumah Rabiah Al Adawiyah maka saya lihat wajahnya bercahaya dan dia banyak sekali menangis. Lalu ada seorang laki-laki membacakan ayat-ayat Qur’an di sampingnya yang menyebut tentang neraka, maka Rabi’ah pun menjerit dan jatuh pingsan’.

Lantas apa artinya semua ini? Padahal Allah lebih dari mampu untuk menegakkan sendiri kalimatNya di muka bumi ini. Padahal Allah lebih dari mampu untuk membinasakan orang-orang dzhalim dan kafir di muka bumi ini.

“Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya” (Q.S Al-Qashash : 78)

“Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong” (Q.S Al-Israa’ : 111)

Mengapa pula Allah mesti meminta tolong kepada makhluq yang diciptakanNya sendiri?

Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu (Q.S. Muhammad : 7)

Allah juga mampu menjadikan seluruh manusia ini beriman.

“Seandainya Allah menghendaki (semua manusia beriman), tentu Allah memberi petunjuk kepada manusia semuanya” (Q.S. Ar-Ra’d  : 31)

“Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya ?” (Q.S. Yunus : 99)

Namun Allah memang bermaksud mengadakan ‘Permainan Dunia’ ini sebagai ujian untuk makhlukNya. Yang dengan demikian itu Allah akan memilih siapa di antara manusia itu yang layak memasuki surgaNya

Maka tentu saja jawabannya adalah bahwa semua ini bukanlah Allah yang membutuhkan. Melainkan ladang amal dan ladang jihad ini disediakan bagi manusia untuk beramal untuk membuktikan di hadapan Rabbnya  bahwa dirinya sebagai orang yang beriman dan layak memasuki surgaNya.

“Dan supaya Allah mengetahui  siapa-siapa orang  yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal  Allah tidak (bisa) dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa(Q.S. Al-Hadiid : 25)

Namun kembali lagi pertanyaannya bagaimana seandainya Surga dan Neraka itu memang tidak ada? Sebenarnya pengandaian ini adalah pengandaian yang tidak ada gunanya dan hanya berada pada tataran teoritis saja, karena kita telah beriman kepada firman Allah yang menyatakan bahwa Surga dan Neraka itu ada. Maka baiklah kita jawab secara teoritis saja bahwa sikap yang paling baik mengenai hal ini adalah firman Allah :

“Berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu” (Q.S. Al-Qashash : 77)

Demikian pula ketika seorang sahabat bertanya pada Rasulullah :
“Ya Rasulullah bukankah dosamu saat ini dan akan datang telah diampuni? Rasulullah menjawab : bukankah sepantasnya aku menjadi hamba yang bersyukur?”

Demikian pula perkataan Ibnu Qayyim :
Angaplah hari berbangkit sudah tiba
Dan Rasul-Rasul belum datang kepada kita
Dan Neraka Jahim belum pula dinyalakan
Bukankah tetap wajib seorg hamba memuji dan menyanjung Sang Pemberi nikmat?

Lalu kita kembali pada pertanyaan awal :
Jika surga dan neraka tak pernah ada
Masihkah kau mau sujud  kepadaNya?

MAKA ANDA SENDIRI YANG TAHU JAWABANNYA..!

Wallahu musta'an.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar